A. Penyesuain Diri
Apakah Penyesuaian diri itu?
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis
yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Setelah kita membaca
dan memahami apa itu penyesuain diri. Dan saya akan menjelaskan lebih jelas dan singkat lagi tentang penyesuain diri dari 3 sisi,
yaitu : Pengertian Penyesuaian Diri, Konsep Penyesuain Diri, dan Pertumbuhan
Personal :
1. Pengertian Penyesuain Diri
Penyesuain Diri dalam bahasa dikenal dengan
istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
- penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation)
- penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
(conformity)
- penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
(mastery)
Pada mulanya penyesuain diri tidak jauh
beda dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus
beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut. Ada juga
penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas
terhadap suatu norma. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha
konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapat tekanan
kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku,
baik secara moral, sosial, maupun emosional.
2. Konsep Penyesuain Diri
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah
mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik,
mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor - faktor lingkungan
dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang
salah. Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi - fungsi organisme / individu
berjalan normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang
hayat, dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan
hidup guna mencapai pribadi sehat.
3. Pertumbuhan Personal
Setiap individu akan mengalami pembentukan
karakter atau kepribadian. Hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang
dan banyak faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya
tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang
paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga.
Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan
atau norma yang mana norma - norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam
pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam
lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma - norma yang harus di patuhi
dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu. Setiap individu memiliki
naluri yang secara tidak langsung, individu dapat memperhatikan hal - hal yang
berada disekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu
individu berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu norma - norma
yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu
pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan
masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan - aturannya maka
lama - kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian
yang tidak disiplin. begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu
individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan
terbawa menjadi pribadi yang cuek. Setelah kita membaca tentang pertumbuhan
personal, setelah itu pertumbuhan personal juga memiliki 4 sisi, yaitu
Penekanan pertumbuhan, Variasi dalam pertumbuhan, Kondisi - Kondisi Untuk
Bertumbuh, Fenomenologi :
Penekanan pertumbuhan diri
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung
secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh
atau keadaanjasmaniah)yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Variasi pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya.
Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur
atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977).
B. STRESS
Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari
masalah. Jika hal tersebut dirasakan menekan, mengganggu dan mengancam maka
keadaan ini dapat disebut stress. Menurut Levy, Dignan, dan Shifers mengatakan
bahwa stres merupakan beberapa reaksi fisik dan psikologis yang ditunjukkan
seseorang dalam merespon beberapa perubahan yang mengancam dari lingkungannya
yang disebut stresor.
1. Pengertian Stress dan Efek - Efek Stress
dalam “ General Adaption Syndrom “
menurut Hans Selye
Penyebab Stress, menurut Hans Selye dalam buku
Hawari ( 2001 ) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya
nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah
mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga
yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan
penderita didominasi oleh keluhan - keluhan somatik ( fisik ), tetapi dapat
pula disertai keluhan - keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres
mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut
dikatakan eustres.
Stress adalah ketegangan, ketakutan, tekanan
batin, tegangan konflik antara lain :
- Satu stimulus yang menegangkan kapasitas -
kapasitas ( daya ) psikologis atau fisiologis dari suatu organisme
- Sejenis frustasi, dimana aktifitas yang
terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu oleh atau dipersukar, tetapi
tidak terhalang - halangi peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was -
was kuatir dalam pencapaian tujuan
- Kekuatan yang ditetapkan dalam suatu sistem
tekanan - tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi
- Satu kondisi ketegangan fisik atau psikologis
disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan.
2. Faktor - Faktor Individual Dan Sosial Yang
Menjadi Penyebab Stress
Faktor - Faktor stress yaitu :
- Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin
sehari - hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan
depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi
stress.
1. Dukungan sosial mencakup, Dukungan emosional,
seperti rasa dikasihi
2. Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa
3. Dukungan informasi, misalnya nasehat dan
keterangan mengenai masalah tertentu.
- Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam
lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan
mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya ( duration )
ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (
predictability ).
3. Tipe - Tipe Stress Psikologi
Manusia berespon terhadap stres secara
keseluruhan, sehingga kita tidak dapat memisahkan secara sangat tegas bentuk -
bentuk stres. Stres biologis, misalnya adanya infeksi bakteri, akan juga
berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula suatu stres psikologis, misalnya
kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik. Meski
demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis, yang sering terjadi
bersamaan.
a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun
luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang
dikuatkan oleh harapan - harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik
b. Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah
tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang
berlawanan.
- Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat
pada dua pilihan yang sama - sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang
sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai
tidak naik kelas.
- Konflik mendekat - mendekat. Individu terjerat
pada dua pilihan yang sama - sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara
seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film
sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik mendekat - menjauh. Terjadi ketika
individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar
dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi
dalam kehidupan sehari - hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya
ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak.
c. Frustrasi
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita
mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
- Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi
- Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi
- Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu -
buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu ( misal jalanan macet ) kita
juga dapat merasa frustrasi
- Bila kita sangat memerlukan sesuatu ( misalnya
lapar dan butuh makanan ), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga
mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya
yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan
adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah “ kuatir ” “ tegang ” “ prihatin ”
“ takut ”fisik antung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan
darah tinggi dan susah tidur.
4. System Reducing Responses Terhadap Stress,
Mekanisme Pertahanan Diri Dan Strategi Coping Untuk Mengatasi Stress
1. Menghilangkan
stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah Menurut
Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus
pada masalah ( problem - focused coping ) adalah istilah Lazarus untuk strategi
kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang
menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus
pada emosi ( problem - focused coping )adalah istilah Lazarus untuk strategi
penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan
cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2. Strategi penanganan
stres dengan mendekat dan menghindar:
a. strategi mendekati
(approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan
usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab
stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b. strategi menghindar
(avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau
meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku,
untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress
3. Berpikir positif
dan self - efficacy
Menurut Bandura self - efficacy adalah
sikap optimis yang memberikan perasaan dapat
mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model realitas kenyataan
dan khayalan diri yang dikemukan oleh Baumeister, individu dengan penyesuaian
diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri mereka sendiri yang
sedikit di atas rata - rata. Memiliki pendapat yang terlalu dibesar-besarkan
mengenai diri sendiri atau berpikir terlalu negatif mengenai diri sendiri dapat
mengakibatkan konsekuensi yang negatif.
4. Sistem dukungan
Menurut East, Gottlieb, O’Brien, Seiffge-Krenke,
Youniss & Smollar,keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain –
terutama dengan keluarga dan teman – secara konsisten ditemukan sebagai
pertahanan yang baik terhadap stres.
strategi coping untuk mengatasi stress “ minor ”
:
1. Strategi Terfokus Masalah (Problem Focus
Coping), yaitu upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau
situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk
mengubahnya atau menghindarinya.
2. Strategi Terfokus Emosi (Emotional Focus
Coping), yaitu upaya untuk mencegah perbuatan negatif menguasai diri seseorang
atau mencegah terjadinya masalah yang tidak dapat dikendalikan.
5. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress,
Bagaimana Mengatakan Toleransi Stress ?
Menurut Siswanto, Salah satu cara dalam
menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah
mengetahui bagian - bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai feedback. Meningkatkan Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi
terhadap Tugas :
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan
cara meningkatkan keterampilan / kemampuan diri sendiri, baik secara fisik
maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres
memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang,
walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi
makanan dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan
sebagainya.
Sumber :
http://psychologydaily.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html.
http://deevashare.blogspot.com/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi
fisik.html.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri
http://rumusbelajar.blogspot.com/2012/12/pengertian-penyesuaian-diri.html