Senin, 16 November 2015

Tugas 2 Sistem Informasi Psikologi

Sistem Informasi
Definisi  Sistem Informasi   Menurut O’Brien, sistem informasi merupakan suatu kombinasi teratur dari orang (people), perangkat keras (hardware). perangkat lunak (software), jaringan komputer dan komunikasi maupun basis data (database) yang mengumpulkan, merubah & menyebarkan sebuah informasi dalam suatu bentuk organisasi. 

Menurut Mc leod, sistem Informasi merupakan sistem yang mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan informasi dari semua sumber dan menggunakan berbagai media untuk menampilkan informasi.  Menurut Lani Sidharta, sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang berisi serangkaian terpadu komponen – komponen dan manual bagian – komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data, mengolah data, dan menghasilkan informasi bagi pengguna.

Menurut Rommey ,sistem informasi yang diselenggarakan cara untuk mengumpulakn, memasukkan, mengolah, dan menyimpan data dan terorganisir cara untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan dan melaporkan informasi dengan cara yang suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut John F. Nash (1995) yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar Susanto, menyatakan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi  adalah suatu sistem yang merupakan kombinasi dari komputerisasi dan manusia yang memiliki berbagai tujuan tertentu. Beberapa tujuan tersebut diantaranya untuk menata jaringan komunikasi, mengolah, menyimpan data secara terorganisir dan menghasilkan informasi bagi penggunanya.  Selain itu dapat mempermudah manusia dalam menjalani kehidupan khususnya dalam teknologi.

Psikologi
Definisi Psikologi  Menurut Dr. Singgih Dirgagunasa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut Rene Descartes psikologi adalah Ilmu pengetahuan mengenai gejala pemikiran atau gejala kesadaran manusia, terlepas dari badannya.

Menurut Jhon Locke Psikologi adalah semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat indranya. 

Menurut Plato dan Aritoteles Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.  

Menurut Kenneth Clark dan George Millter Psikologi biasanya didefinisikan sebagai studi ilmiah mengenai perilaku. Lingkungan mencakup berbagai proses perilaku yang dapat diamati, seperti gerak tangan;

cara berbicara dan perubahan kejiwaan dan proses yang hanya dapat diartikan sebagai pikiran dan mimpi.
Menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.

Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.


Sistem Informasi Psikologi
Berdasarkan penjelasan mengenai definisi sistem informasi dan psikologi. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari sistem informasi psikologi adalah suatu sistem komputerisasi yang digunakan dalam bidang psikologi. Penerapan sistem informasi dalam bidang psikologi misalnya,
sebagai contoh terdapat beberapa tes psikologi yang membutuhkan komputer dalam pengoperasiannya seperti psikotest online, konseling online,
tes kepribadian online  yang sangat memudahkan kita untuk mengetahui suatu hal yang ada pada diri kita yang sebelumnya mungkin tidak diketahui, kita bisa mengetahuinya dengan beberapa pernyataan yang disediakan berikut hasil dari tes kepribadian online tersebut di situs yang terkait.


 Cara penggunaannya pun juga  tidak sulit bahkan mungkin hampir semua kalangan bisa menggunakannya. Bahkan beberapa alat tes dalam penskoringan tes psikologi juga menggunakan komputer misalnya seperti papi kostick.

Minggu, 11 Oktober 2015

Tugas 1 Sistem Informasi Psikologi


Penerapan Sistem Informasi dalam Bidang Hukum
Pada saat ini, perkembangan teknologi di sekitar kita memiliki perkembangan yang pesat. Khususnya di bidang sistem informasi. Hal ini dibuktikan oleh berbagai bidang yang menggunakan berbagai macam teknologi yang bisa memudahkan dan membantu pekerjaannya. Salah satu bidang yang menggunakan sistem informasi sebagai alat untuk mempermudah pekerjaannya yaitu bidang pemerintahan.
Sebelumnya, Sistem Informasi adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya (Fatta, 2007).




PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI HUKUM
Teknologi informasi dan komunikasi yang menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian informasi, jangkauan yang global dan tranparansi. Oleh karena itu untuk mewujudkan pemerintahan yang good governance salah satu upayanya adalah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Perkembangan teknologi informasi telah merubah banyak aspek kehidupan manusia, dan hampir tidak ada aspek dari kehidupan modern yang bisa dipisahkan dari kemajuan IT (Information Technology). Bersama dengan perkembangan perdagangan global, kemajuan IT yang luar biasa bergerak saling melengkapi dan mempengaruhi.

Keterbukaan (transparansi) muncul sebagai sebuah paradigma tersendiri, atau dengan kata lain menjadi ‘semangat jaman’ (geist) yang tak terbendung. Satu hal yang patut dicatat, bahwa pelayanan publik yang bertolak dari asas-asas transparansi, akuntabilitas serta mengandung prinsip : kesederhanaan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, kemudahan akses dan sebagainya akan sangat sulit diimplementasikan dalam tugas sehari-harinya bila tanpa mengadopsi kemajuan IT dan memanfaatkannya didalam penerapan. Secara empirik, sudah terbukti bahwa peningkatan pelayanan kepada masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pembangunan sarana dan prasarana IT.[2]
Adapun yang menjadi dasar hukum bagi Pengadilan Agama dalam mengembangkan teknologi informasi (IT) sebagai wujud menciptakan good governance pada pengadilan agama, adalah sebagai berikut :
a.    Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
b.    SK. KMA. No. 144 Tahun 2007 Tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.
c.    SK. WKMA Non Yudisial No. 01 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelayanan Informasi pada Mahkamah Agung RI
d.   SK KMA No. 1-144 Tahun 2011 Pedoman pelayanan informasi di Pengadilan.
Pemanfaatan Teknologi Informasi di Pengadilan Agama

Dalam perkembangannya, sama-sama kita ketahui bahwa sains dan teknologi telah semakin canggih, modern dan berkembang cepat, oleh karenanya harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Demikian ini, disebabkan sains lahir dari pemikiran dan kreatifitas para ilmuwan yang mempengaruhi kemajuan teknologi, sehingga harus diikuti oleh orang yang memahami dan mau melanjutkan hasil pemikiran dankreatifitastadi.

Pengadilan Agama  saat ini telah menggunakan media internet untuk menyampaikan informasi-informasi (termasuk Sistem Informasi prosedur penerimaan perkara,  jadwal sidang, keuangan dan lain sebagainya) dan hal ini dapat diakses  khalayak umum melalui masing-masing situs Pengadilan Agama. Salah satu agenda yang harus dibuat masing-masing lembaga Peradilan Agama adalah membuat program kerja dan kelompok kerja teknologi informasi, sebagai berikut :

Menyediakan informasi yang akurat mengenai perkara yang ada di Pengadilan Agama untuk dapat diakses oleh publik.
Meningkatkan transparansi peradilan melalui penyediaan website yang mampu untuk menyampaikan informasi mengenai SOP perimaan perkara, SOP pengembalian sisa panjar, jadwal sidang,  putusan Peradilan Agama dan informasi penting lainnya.
Mendukung sistem TI Pengadilan Agama melalui penyediaan infrastruktur TI yang handal dan penyediaan tenaga ahli teknis TI yang terlatih.
Meningkatkan akuntabilitas keuangan Pengadilan Agama dan lebih jauh lagi memperkuat infrastruktur TI di Pengadilan Agama.

Penerapan teknologi informasi yang digunakan Peradilan Agama membantu mengefisiensikan dan mengefektifitaskan pekerjaan. Misalnya : masing-masing dilingkungan internal peradilan dapat dengan cepat merespon adanya kebijakan-kebijakan yang digariskan Peradilan Agama, sehingga tiap-tiap lembaga peradilan dapat menyesuaikan program kerjanya disamping disesuaikan pula dengan visi dan misi yang ada. Selain itu, dalam rangka melaksanakan fungsi akuntabilitas kepada publik, laporan tahunan pun dapat diketahui oleh khalayak umum, juga memudahkan untuk menyebar luaskan pengumuman adanya suatu kegiatan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), pendaftaran calon pegawai/ calon hakim berikut hasil seleksinya, dan masih banyak lagi kemudahan-kemudahan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tiap-tiap lembaga peradilan.

Pada saat ini dilingkungan Peradilan Agama di bidang administrasi kesekretariatan telah menggunakan SABMN, di bidang keuangan SIMAK dan SAKPA ; aplikasi yang berfungsi unruk mengelola keuangan dan barang-barang milik negara yang ada di pengadilan agama, di bidang kepaniteran  ada aplikasi SIADPAplus ; dimana mulai dari pendaftaran perkara, pembuatan berita acara hingga putusan telah menggugankan aplikasi ini, dan dibidang kepegawaian ada SIMPEG. Maka dengan adanya proses pemanfaaan teknologi informasi ini dipengadilan agama telah membantu dalam proses menciptakan good governance (kepemerintahan yang baik), dan bila dikaitkan dengan fungsi lembaga Peradilan Agama sebagai public service dibidang penegakan hukum, diharapkan adanya teknologi informasi yang mudah diakses, dapat membantu Peradilan Agama dalam menerapkan prinsip keterbukaan informasi dilingkungan internal aparat Peradilan Agama sendiri maupun bagi lembaga peradilan yang berada di atasnya serta masyarakat pada umumnya.

Keterbukaan informasi ini  menjadi kebijakan Mahkamah Agung beberapa waktu yang lalu, yang dituangkan dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011Tentang pedoman pelayanan Informasi di Pengadilan. Maksud adanya keterbukaan informasi ini adalah agar proses peradilan yang transparan sebagai salah satu syarat dalam mewujudkan keterbukaan dan akuntabilitas penyelenggaraan peradilan dapat tercapai sehingga wujud dari good governance terlaksana dengan baik.

Berdasarkan penjelesan yang tercantum didalam SK KMA Nomor 1-144 tahun 2011, hal-hal yang harus selalu diupdate dalam media informasi (website dan internet), meliputi: Gambaran umum Pengadilan, meliputi : fungsi, tugas, yurisdiksi dan struktur organisasi Pengadilan tersebut serta telepon, faksimile, nama dan jabatan pejabat Pengadilan non Hakim, Gambaran umum proses beracara di Pengadilan, Hak-hak pencari keadilan dalam proses peradilan, Biaya yang berhubungan dengan proses penyelesaian perkara serta biaya hak-hak kepaniteraan sesuai dengan kewenangan, tugas dan kewajiban Pengadilan, Putusan dan penetapan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, Putusan dan penetapan Pengadilan Tingkat Pertama dan Pengadilan Tingkat Banding yang belum berkekuatan hukum tetap dalam perkara-perkara tertentu (seperti perkara  yang menarik perhatian publik atas perintah Ketua Pengadilan), Agenda sidang pada Pengadilan Tingkat Pertama, Agenda sidang pembacaan putusan, bagi Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Kasasi, Mekanisme pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan Hakim dan Pegawai, Hak masyarakat dan tata cara untuk memperoleh informasi di Pengadilan.[3]

Implementasi atau pelaksanaan  dari point-point  tersebut  semuanya telah dapat dilihat dan diakses oleh publik/masyarakat melalui website-website pengadilan agama yang ada di seluruh  Indonesia. Itu semua merupakan wujud keterbukaan informasi dan publik yang telah dilakukan oleh pengadilan agama dalam rangka ikut menciptakan good governace dengan transparansi dan akuntabulitas melalui pemanfaatan IT yang saat ini telah semakin maju dan berkembang pesat.


Sumber :
Fatta, H. (2007). Analisis dan perancangan sistem informasi untuk keunggulan bersaing perusahaan dan organisasi modern. Yogyakarta: Andi offset

http://pasaribuassighment.blogspot.co.id/2015/03/manfaat-teknologi-informasi-bagi-hukum.html?m=1

Di akses Minggu 11 Oktober 2015

Selasa, 20 Januari 2015

Tugas Psikologi Manajemen 4

KOMUNIKASI  DALAM  MANAJEMEN



Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak ke pihak yang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan maupun tulisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.










Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.

Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, dan menunjukkan sikap tertentu seperti tersenyum, mengangkat bahu dan sebagainya. Komunikasi ini disebut komunikasi nonverbal. Proses komunikasi bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui komunikasi sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

Komunikator

Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam penyampaian pesan kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan public yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung secara langsung maupun tidak langsung.

Pesan

Pesan adalah setiap pemberitahuan kata, atau komunikasi baik lisan maupun tulisan, yang dikirimkan dari satu orang kepada orang lain.

Penerima

Penerima adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang dikirim oleh sumber. Stimulus yang diterima tersebut dapat terdiri dari beraneka ragam bentuk, seperti kata-kata tulisan, gerak-gerik, mimic muka, ekspresi wajah, sentuhan aroma, serta perbuatan atau tingkah laku lawan bicara.

Feedback

Feedback adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari peneriama pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal.

Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.




Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :

-)Penginterpretasian

-)Penyandian

-)Pengiriman

-)Perjalanan

-)Penerimaan

-)Penyamdian balik

-)Penginterpretasian







Hambatan dalam Komunikasi;

a.Hambatan fisik

Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fisik atau badan seseoranng, misalnya tuna rungu atau orang yang tidak bisa mendengar.

b.Hambatan kepribadian

Kesulitan untuk memiliki topic pembicaraan dengan orang lain.

c.Hambatan usia

Usia kadang menjadi hambatan saat berkomunikasi, misalnya anak takut menyampaikan sesuatu kepada orang tuanya. Atau saat orang tua berbicara anak harus diam mendengarkan, akibatnya komunikasi hanya terjadi satu arah saja.

d.Hambatan budaya

e.Hambatan bahasa

Bahasa kerap menjadi hambatan bila kita berbeda bahasanya dan kita tidak mengerti dengan bahasa lawan bicara kita.
f.Hambatan kecakapan teknologi

g.Hambatan lingkungan sekitar






Komunikasi interpersonal dalam organisasi

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap partisipan menggunakan elemen dari proses komunikasi.

Componentia

Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.

Situational

Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.






Model pengolahan informasi dalam komunikasi

Rational, Limited capacity, Export,Cyberneric

Model-model pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Model pengolahan informasi berorientasi pada : proses kognitif, pemahaman dunia, pemecahan masalah, berfikir induktif.








Model interaktif manajemen dalam komunikasi:

Confidence

Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi berthan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.

Immediaty

Immediaty adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan.

Interaction manajemen

Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan.

Expressiveness

Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.

Other orientation

Dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.





















Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

http://sofiaribowo.wordpress.com/2013/06/22/proses-komunikasi

https://liwunfamily.wordpress.com/2014/02/07/7-hambatan-komunikasi/


http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_interpersonal



















Nama :  Natalia Shintia
Kls :  3 PA 12
NPM : 15512251

Selasa, 11 November 2014

Tugas Psikologi Manajemen 3

PSIKOLOGI  MANAJEMEN





Empowerment, Stress dan Konflik
A.   Definisi Empowerment

Empowerment, merupakan istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber Daya Manusia. Banyak penafsiran tentang empowerment. Dan salah satu penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowerment , yaitu upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat..Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor yang menentukan hidup mereka sendiri.
Secara umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial multi-dimensional yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri. Pemberdayaan itu merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu, kemampuan mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan mereka sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang mereka tentukan. (Page & Czuba, 1999:3).
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Selain pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
  • Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
  • Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan dari manajemen.
  • Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai sasaran organisasi.
Tujuan empowerment
Merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya.
Tujuan dari pemberdayaan atau empowerment adalah untuk  membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.



B.   Kunci efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.


C.   Definisi Stres
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.



D.   Sumber-sumber Stress
Sumber-sumber stress didalam diri seseorang : Kadang-kadang sumber stress itu ada didalam diri seseorang. Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung pada rasa sakit dan umur inividu(sarafino,1990). Stress juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stress yang utama.
a.       Sumber-sumber stress di dalam keluarga : Stress di sini juga dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga, seperti : perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda dll. Misalnya : perbedaan keinginan tentang acara televisi yang akan ditonton, perselisihan antara orang tua dan anak-anak yang menyetel tape-nya keras-keras, tinggal di suatu lingkungan yang terlalu sesak, kehadiran adik baru. Khusus pada penambahan adik baru ini, dapat menimbulkan perasaan stress terutama pada diri ibu yang selama hamil (selain perasaan senang, tentu), dan setelah kelahiran. Rasa stress pada ayah sehubungan dengan adanya anggota baru dalam keluarga, sebagai kekhawatiran akan berubahnya interaksi dengan ibu sebagai istrinya atau kekhawatiran akan tambahan biaya. Pra orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasanganya karena kematian akan merasa kehilangan arti (sarafino,1990).
b.      Sumber-sumber stress didalam komunitas dan lingkungan : interaksi subjek diluar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stress. Contohnya : pengalaman stress anak-anak disekolah dan di beberapa kejadian kompetitif, seperti olahraga. Sedangkan beberapa pengalaman stress oang tua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stressful sifatnya. Khususnya ‘occupational stress’ telah diteliti secra luas.
c.       Pekerjaan dan stress : Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan denga pekerjaan mereka. Tidak jarang situasi yang ‘stressful’ ini kecil saja dan tidak berarti, tetapi bagi banyak orang situasi stress itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan didalam jangka waktu yang lama. Faktor-faktor yang membuat pekerjaan itu ‘stressful’ ialah :
1.      Tuntutan kerja : pekerjaan yang terlalu banyak dan membuat orang bekerja terlalu keras dan lembur, karena keharusan mengerjakannya.
2.      Jenis pekerjaan : jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih ‘stressful’ dari pada jenis pekerjaan lainnya. Pekerjaan itu misalnya : jenis pekerjaan yang memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya (supervisi), guru, dan dosen.
3.      Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia : contohnya tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap harinya. Membuat kesalahan dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.
Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena :
a)      Lingkungan fisik yang terlalu menekan
b)      Kurangnya kontrol yang dirasakan
c)      Kurangnya hubungan interpersonal
d)     Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja
Stress yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang dimaksud disni adalah lingkungan fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu panas, kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan faktor sekolah (Graham,1989).



E.   Pendekatan Stress
Strategi coping yang spontan mengatasi strees :
Dukungan sosial dan konsep-konsep terkait : beberapa penulis meletakkan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau ‘kualitas hubungan’ (Winnubst dkk,1988). Menurut Robin & Salovey (1989) perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang penting. Akrab adalah penting dalam masalah dukungan sosial, dan hanya mereka yang tidak terjalin suatu keakraban berada pada resiko. Para ilmuan lainnya menetapkan dukungan sosial dalam rangka jejaring sosial. Wellman(1985) meletakkan dukungan sosial didalam analisis jaringan yang lebih longgar : dukungan sosial yan hanya dapat dipahami kalau orang tahu tentang struktur jaringan yang lebih luas yang didalamnya seorang terintegrasi. Segi-segi struktural jaringan ini mencangkup pengaturan-pengaturan hidup, frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan dalam jaringan sosial (Ritter,1988). Rook (1985) menganggap dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian (atau ikatan) sosial. Segi-segi fungsional mencangkup : dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian bantuan material (Ritter, 1988).  Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal.
Dukungan sosial sebagai ‘kognisi’ atau ‘fakta sosial’ : “Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerimaan”(Gottlieb, 1983).
Jenis dukungan sosial :
-          Dukungan emosional
-          Dukungan penghargaan
-          Dukungan instrumental
-          Dukungan informatif
Sumber pontensial stres memberikan informasi kepada manajemen perusahaan untuk melaksanakan pendekatan individu terhadap organisasional dalam mengatasi stres. Ada dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:

a. Pendekatan individual
Seorang karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
1. Teknik manajemen waktu
2. Meningkatkan latihan fisik
3. Pelatihan pengenduran (relaksasi)
4. Perluasan jaringan dukungan sosial

b. Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang digunakan:
1. Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
2. Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
3. Perancangan ulang pekerjaan
4. Peningkatan keterlibatan kerja
5. Perbaikan komunikasi organisasi
6. Penegakkan program kesejahteraan korporasi (Robbins, 2002: 311-312)



F.    Definisi Konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
  1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
  2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
  3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

G.  Jenis-jenis Konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
  • Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • Konflik antar atau tidak antar agama
  • Konflik antar politik.
  • konflik individu dengan kelompok

H.  Proses Konflik
Menurut Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap :
1.      Peristiwa sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan  kerja.
2.
      Adanya tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan aaaaorganisasi.
3.
      Timbulnya pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing  individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.












DAFTAR PUSTAKA
Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx Media
Smet,Bart.1994.Psikologi kesehatan.Jakarta:Gramedia.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Hill, Virginia. 2000. Handbook of stress, coping, and health: implications for nursing research, theory, and practice. USA: Sage Publication, Inc.
http://www.binapotensiaindonesia.com/2013/11/21/empowerment/diakses 10 januari 2014.
www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/…/bab7-stres_lingkungan.pdf.diakses 10 jaunari 2014.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Andi Offset Suprihanto, John, TH. Agung M. Harsiwi, Prakoso Hadi. 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: STIE YKPN














Nama : Natalia Shintia
Kls     : 3 Pa 12
Npm  : 15512251