Bapak psikoanalisis adalah Sigmund Freud dilahirkan
di Moravia tanggal 6 mei 1939 dan meninggal di London pada tanggal 23 september
1939. Sebagai anak muda Freud bercita-cita ingin menjadi ahli ilmu pengetahuan
tahun 1873 freud masuk ke fakultas kedokteran Universitas WINA dan tamat pada
tahun 1873 . Menurut Freud , perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga
subsistem dalam kepribadian manusia . Tujuan psikoanalisis dari Freud adalah
membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran yang di tekan ,
diasumsi
sebagai sumber perilaku
yang tidak normal dari pasiennya. Psikoanalisi merupakan bentuk utama
psikoterapi. Pasien tiduran di kursi panjang dan tidak bertatap muka dengan
terapis . Pasien menghadapi pikiran dan perasaan sendiri dan pasien
memproyeksikan pikiran dan perasaannya. a) . mengalami perasaan dan emosinya sendiri
bersamaan b). mensubjektifkan perasaan pada hal dalam ego pengamatan sendiri .
Tahun 1895 Freud dan
Breuer “Studies on hysteria” dipandang sebagai permulaan .
Tahun 1901 Freud mempublikasikan bukunya “The Psychopathology of
everyday life” yang berisi deskripsi yang sekarang di kenal dengan
Freudian slip kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang
neurotik keadaan tidak sadar.
Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah
cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmnd Freud dan para pengikutnya , sebagai
stugi fungsi dan perilaku psikologis manusia .
Kepribadian Sehat
Psikoanalisa :
Ø Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai
kompensasi untuk masa anak
Ø Individu bersifat egois , tidak bermoral dan tidak mau tahu
kenyataan
Ø Manusia sebagai ho,o valens dengan berbagai dorongan dan
keinginan
Ø motif-morif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam
tingkah laku sekarang
Ø Manusia di dorong oleh dorongan seksual agresif
Pendekatan Psikoanalisis / Psikodinamik
Pendekatan
Psikoanalisis atau psikodinamik bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh
faktor intrapsikis ( konflik tak sadar, represi ,mekanisme defensive ) yang
mengganggu penyesuaian diri. Menurut Freud , seseorang bukan terletak pada apa
yang ia tampilkan secara sadar , melainkan apa yang tersembunyi dalam
ketidaksadarannya . pendekatan mengutamakan isi ketidaksadaran seseorang. Aspek
kepribadian adalah ego-id-Superego (Freud) , persona-ego-shadow-archetype
(Jung), jenis orientasi moving toward-away-againts
(Horney),Inferiority-compensation (Adler).
Id adalah kepribadian
yang menyimpan dorongan biologis manusia disebut pusat insting (hawa nafsu).
Insting disebut insting kehidupan /eros , misalnya dorongan seksual , segala
hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu.
Ego mediator antara
hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic . menyebakan manusia mampu
menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego
berkerja berdasarkan Prinsip Realitas . misalnya, ketika Id mendesak anda
membalas ejekan dengan ejekan lagi, Ego segera memperingatkan anda bahwa lawan
bicara anda adalah “Bos” yang dapat memecat anda. Jika anda mengikuti desakan
Id, maka anda akan konyol . setelah itu anda akan ingat , bahwa bahaya jika
anda berani melawan pimpinan anda.
Superego adalah hati
nurani ( conscience ) merupakan internalisasi dari normal
social dan cultural masyarakat . Superego memaksa Ego untuk menekan hasrat
tidak berlainan kealam bawah sadar. Baik Id atau Superego berada di bawah sadar
, Ego berada di tengah antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego .
Untuk menghindari ketegangan , konflik atau frustasi , Ego secara sadar
menggunakan mekanisme pertahanan Ego yaitu dengan Mendistorsi
Realitas.
Pendekatan
psikoanalisis bertujuan mengungkap hal-hal yang tersembunyi atau tak sadar,
yaitu pengalaman masa lalu yang traumatik atau yang menimbulkan fiksasi.
Menurut pendekatan psikoanalisis suatu simtom adalah manifestasi dari suatu
defense yang berkembang dalam individu yang bersangkutan . Pada kasus R yang
acuh dan menyendiri, defense – nya adalah menghindar . latar belakang pemikiran
psikodinamik, psikolog akan menggunakan tes proyeksi yang mengungkap konflik
intrapsikis yang terjadi pada R.
Seseorang menjadi sakit
atau terganggu bila terlalu banyak mengalami represi . Menjadikannya seseorang
yang sehat , ia harus mengurangi represi, mengurangi isi ketidaksadaran yang
mengganggu , dengan jalan lebih menyadari apa yang ada di dalam dirinya .
Pendekatan
psikoanalisis / psikodinamik
Sumbangan terbesar Freud pada teori
kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak sadar dan keyakinannya
bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak
mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam
tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua
tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
Dalam psikologi Freud, ketiga tingkat
kehidupan mental ini dipahami, baik sebagai proses maupun lokasi. Tentu saja,
keberadaan lokasi dari ketiga tingkat tersebut bersifat hipotesis dan tidak
nyata ada di dalam tubuh. Sekalipun demikian, ketika membahas alam tidak sadar,
Freud melihatnya sebagai suatu alam tidak sadar sekaligus proses terjadi
tanpa disadari.
Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi
tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita sadari tetapi
ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar
akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental
yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya seorang pria bisa saja mengetahui
bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami alasan
dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
Dorongan tidak sadar ini muncul di alam
bawah sadar setelah menjalani transformasi tertentu. Contohnya, seseorang dapat
mengekspresikan dorongan erotis atau keinginan untuk melukai orang lain dengan
cara menggoga atau mengolok-olok orang lain. Dorongan sejati (seks atau agresi)
menjadi terselubung dan tersembunyi dari alam sadar kedua orang tersebut. Akan
tetapi, alam tidak sadar orang kedua secara langsung. Keduanya dapat memuaskan
dorongan seksual maupun agresif, tetapi tak satupun di antara mereka menyadari
motif di balik godaan atau olok-olok tersebut. Dengan cara inilah, alam tidak
sadar seseorang bisa berkomunikasi dengan alam tidak sadar dari orang lain,
keduanya sama-sama tidak sadar akan proses tersebut.
Tentu saja, alam tidak sadar bukan
berarti tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan di alam tidak sadar
terus-menerus berupaya agar disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam
sadar, sekalipun tak lagi muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tak
disadari ini bisa dan memang memotivasi manusia. Contohnya, amarah sseorang
anak terhadap sang ayah bisa terselubung dalam bentuk kasih sayang yang
berlebihan. Apabila tak bisa disembunyikan, rasa marah seperti ini sudah tentu
akan menyebabkan si anak merasa sangat cemas. Oleh karena itu, alam bawah
sadarnya memotivasinya untuk mengekspresikan rasa marah melalui ungkapan rasa
cinta dan pujian yang berlebihan. Agar selubung itu benar-benar berhasil
mengelabui orang tersebut, maka sering kali perasaan tersebut muncul dalam
bentuk yang sama sekali berbeda dengan perasaan yang sebenarnya, tetapi selalu
muncul dalam bentuk yang berlebihan dan penuh kepura-puraan. (Mekanisme ini
dikenal dengan pembentukan reaksi (reaction formation) yang akan
dibahas secara terpisah dibagian berjudul Mekanisme Pertahanan (Defense
Mechanism) yang terdiri dari represi (repression), pembentukan reaksi
(reaction formation), pengalihan (displacement), fiksasi (fixation), regresi
(regression), proyeksi (projection), introyeksi (introjection), dan sublimasi
(sublimation).
Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconscious)
ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan
cepat atau agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari
dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception).
Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera
masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran
lain.
Sumber kedua dari gambaran-gambaran
bawah sadar adalah alam tidak sadar. Sedangkan sejumlah gambaran lain dari alam
tidak sadar bisa masuk ke alam sadar karena bersembunyi dengan baik dalam
bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
Alam Sadar
Alam sadar (conscious), yang
memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai
elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua
pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar yaitu
sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada
dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus
dari luar.
Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini
datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam
yang datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas,
tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
KEPRIBADIAN SEHAT
MENURUT BEHAVIORISTIK
Perbedaan Psikoanalisa dan Behavioristik
Ø Psikoanalisa
Tokohnya adalah Freud, aliran
ini melihat dari sisi negatif individu, alam bawah sadar (id, ego, super ego),
mimpi dan masa lalu. manusia dianggap sebagai sakit atau pincang, manusia
adalah korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Ø Behavioristik
aliran ini menganggap
manusia sebagai mesin layaknya alat pengatur panas. maksudnya manusia sebagai
sistem konflik yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. aliran ini
juga menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri
·
Behaviorisme
Behaviorisme juga disebut psikologi S –
R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek
psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang
perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori
Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian sehat menurut Behavioristik
Perilaku nyata dan
terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau
mental yang abstrak
Aspek mental dari
kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene,
harus dihindari.
Penganjur utama adalah
Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari
ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya,
pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist
dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan
behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan
faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme
juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam
perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l.
Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu
behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Manusia adalah makhluk
perespon; lingkungan mengontrol perilaku.
Manusia tidak memiliki
sikap diri sendiri
Mementingkan faktor
lingkungan
Menekankan pada faktor
bagian
Menekankan pada tingkah
laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
Sifatnya mekanis
mementingkan masa lalu
Aliran
Humanistik
Memahami dan menjelaskan pandangan aliran Humanistik dalam tentang kepribadian yang sehat serta mampu membedakan aliran Psikoanalisa,Behaviortistik dan Humanistik tentang kepribadian yang sehat
Ahli-ahli psikologi pertumbuhan kebanyakan memandang diri mereka sebagai ahli-ahli psikologi humanistik telah memiliki suatu pandangan yang segar terhadap kodrat manusia. Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe orang yang berbeda dari apa yang di gambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisis, bentuk-bentuk psikologi tradisional.
Ahli-ahli psikologi humanisik semakin kritis terhadap tradisi-tradisi ini, karena mereka percaya bahwa behaviorisme dan psikoanalisismemberikan pandangan-pandangan terbatas tentang kodrat manusia, mengabaikan puncak-puncak yang akan didaki oleh orang-orang yang memiliki potensi. Tuduhan dari pengeritik-pengeritikini adalah bahwa behaviorisme memperlakukan manusia sebagai suatu mesin “ suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum”.
Individu digambarkan sebagai suatu organisme yang tersusun baik, teratur, dan ditemtukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, dan kreativitas, seperti suatu alat pengatur napas. Psikoanalisis telah memberi kepada kita hanya sisi yang sakit atau pincang dari kodrat manusia karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neurotis dan psikotis. Freud dan orang-orang yang megikuti ajaran-ajarannyamemepelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Baik behaviorisme maupun psikoanalisis tidakberbicara mengenai potensi kita untuk bertumbuh, keinginan kita untuk menjadi lebih baik atau lebih banyak daripada yang ada. Tentu saja, segi-segi pandangan ini memberikan suatu gambaran yang pesimistis tentang kodrat manusia. Kita dilihat oleh para behavioris sebagi orang-orang yang memberikan respons secra pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan oleh ahli-ahli psikoanalisis sebagai korban dari kekuatan-kekuatan biologis dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Konsep kepribadian yang sehat sangat penting. Isinya sulit, menantang, dan kompleks, penuh dengan hal-hal yang tidak diketahui dan kebenaran-kebenaran setengah-setengah, dan sudah pasti merupakan suatu metode dan juga khayalan. Seperti telah diketahui, konsep itu menggambarkan topik yang berusaha mencakup kepribadian manusia.
Pendapat Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah
lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras
yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan – pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat :
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang matang, dia mengembangkan
perhatian – perhatian di luar diri. Orang harus menjadi partisipan yang
langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “partisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Dalam pandangan Allport, suatu
aktivitas harus relevan dan penting bagi diri, harus berarti sesuatu bagi orang
itu. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang
atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara psikologis.
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang – orang lain
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang – orang lain
Allport membedakan dua macam kehangatan
alam hubungan dengan orang-orang lain ; kapasitas untuk keintiman dan kapasitas
untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan
keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner,dll. Orang mengungkapkan
partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan memperlihatkan
kesejahteraannya. Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu
pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua
bangsa. Kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain
dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang-orang yang sehat menerima
kelemahan-kelemahan manusia.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian sehat ini meliputi beberapa kualitas, kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari diri mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi serta mengontrol emosi-emosi mereka.
4. Persepsi realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat menerima relaita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan.
6. Pemahaman diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain.
7. Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian sehat ini meliputi beberapa kualitas, kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari diri mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi serta mengontrol emosi-emosi mereka.
4. Persepsi realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat menerima relaita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan.
6. Pemahaman diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara kedua gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain.
7. Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.
Pendapat Carl Rogers
Menurut Rogers : Memahami dan
menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi
Perkembangan kepribadian “self”
Peranan positive regard dalam
pembentukan kepribadian individu
Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya
1.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN “SELF”
Roger bekerja dengan individu-individu
yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk
merawat pasien-pasien ini, Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang
menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien,
bukan pada ahli terapi.
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan
rasional, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini
tidak menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang
tidak dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi
kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau.
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok
didalam teorinya, yaitu:
·
Organism, yaitu keseluruhan individu
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
· Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam sifat:
a. Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak wajar.
c. Self mengejar keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai membedakan
salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Anak-anak mulai
menambahkan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuannya
untuk membedakan antara apa yang menjadi milik dan benda yang dilihat, diraba,
didengar dan dicium ketika dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa
dirinya. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri’ (self
concept).
Sebagian dari self concept, anak
juga mengambarkan dia akan menjadi apa dan siapa. Gambaran itu terbentuk
sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan
orang lain. Dengan mengamati orang lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak
itu secara ideal mengembangkan suatu pola gambaran diri yang konsisten.
2. PERANAN POSITIF REGARD DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU
Positive regard, suatu
kebutuhan yang memaksa, dimiliki semua manusia; setiap anak terdorong untuk
mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap anak akan menemukan
kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau menerima kasih sayang
dan cinta dari orang lain (ibunya), tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan
dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Anak itu akan tumbuh menjadi suatu
kepribadian yang sehat, tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive
regard ini dipuaskan dengan baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka terhadap
setiap tanda penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut
reaksi yang diharapkan. Anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari
orang-orang lain, bukan dari dirinya sendiri. Karena ia telah merasa kecewa,
maka kebutuhan akan positive regard yang sekarang bertambah kuat, makin
lama makin mengerahkan energi dan pikiran. Anak itu harus bekerja keras untuk positive
regard dengan mengorbankan aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan apa
yang disebut Rogers “penghargaan diri positif bersyarat” (conditional
positive regard). Kasih sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat
terhadap tingkah lakunya yang baik. Karena anak mengembangkan conditional
positive regard maka ia menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi,
maka sikap ibu diambil alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
3. CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI
SEPENUHNYA
Hal yang pertama dikemukakan tentang
versi Rogers mengenai kepribadian yang sehat, yakni keribadian yang sehat itu
bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arahan
bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan
suatu kondisi yang selesai atau statis. Hal kedua dari aktualisasi diri adalah
aktualisasi diri itu merupakan suatu proses yang sukar dan kadang menyakitkan.
Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rentangan dan pecutan terus menerus
terhadap semua kemampuan seseorang. Hal ketiga tentang orang-orang yang
mengaktualissikan diri, yakni mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri.
Mereka tida bersembunyi dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu
yang bukan mereka atau menyembunikan sebagian diri mereka.
Rogers tidak percaya bahwa orang-orang
yang mengaktualisasikan diri hidup dibawah hukum-hukum yang diletakkan
orang-orang lain. Arah yang dipilih, tingkah laku yang diperlihatkan,
semata-mata ditentukan oleh individu-individu mereka sendiri. Rogers juga
memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.
a) Keterbukaan Pada
Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh
syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak
satu pun yang harus dilawan karena tidak satu pun yang mengancam. Jadi,
keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari dalam dan dari luar disampaikan
ke sistem syaraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat
dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi
yang bersifat positif dan negatif (kebahagiaan maupun kesusahan) dan mengalami
emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
b) Kehidupan
Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup
sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan
baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka
dari itu ada kegembiraan karena setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang
berfungsi sepenuhnya jelas dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri
terus-menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang
demikian itu tidak kaku dan dapat diramalkan.
c) Kepercayaan Terhadap
Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa
benar merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu
tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut
impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang
demikian itu terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama
dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan
konsekuensi-konsekuensinya.
d) Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang
sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan
bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang
yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak
diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa masa lampau.
e) Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan spontan
tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap
tekanan-tekanan sosial dan kultural. Rogers percaya bahwa orang-orang yang
berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap
perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka
memiliki kreatifitas dan spontanitas untuk menanggulani perubahan-perubahan
traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana ilmiah.
Pendapat Abraham Maslow
Teori Kepribadian Abraham Maslow
1) Individu sebagai Kesatuan Terpadu
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori motivasi yang sehat.
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori motivasi yang sehat.
2) Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
b. Kebutuhan akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
c. Kebutuhan sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
d. Kebutuhan akan penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Pendapat Erich Fromm
Menurut Erich Fromm, manusia adalah
makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi
yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial.
Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat.
Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat
yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di
dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang
benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif
didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan
pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang
dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang
cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting
untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam
masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat
adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan
hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ø mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
Ø mampu
mencintai dan dicintai,
Ø mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
Ø mampu
hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
Ø mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
Ø memiliki
watak sosial yang produktif.
Sumber
:
-) http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
-) Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model – model kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.
-) Saleh, Julianto.Jurnal Al Bayan Vol.7 No. 7 Januari – Juni 2003. Hirarki Kebutuhan Maslow Menurut Abraham Maslow : Aplikasi terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
-) Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
-) http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
-) Schultz, D.psikologi pertumbuhan : model – model kepribadian sehat. Yogyakarta: kanisius, 1991.
-) Saleh, Julianto.Jurnal Al Bayan Vol.7 No. 7 Januari – Juni 2003. Hirarki Kebutuhan Maslow Menurut Abraham Maslow : Aplikasi terhadap Klasifikasi Mad’u dalam Proses Dakwah.
-) Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
-)http://2.bp.blogspot.com /2yrmjWLnsCQ/TAPPYADk_jI/AAAAAAAABc0/AYE6_BTRQ2I/s1600/Carl_Rogers.jpg
-) http://mlymutz.blogspot.com/2009/10/kesehatan-mental-teori-kepribadian.html
-)http://moethya26.wordpress.com/2011/03/17/konsep-sehat-kepribadian-sehat-psikoanalisa-dan-behavioristik/
-) Rochman, Kholil. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Fajar Media Press
-) Feist,J & Feist; 7 (2012).Theory of Personality.Boston :
Mc Graw Hill.
-) Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian.
Jakarta : CV. Rajawali
-) Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma BUKU
kepribadian tentang perbedaan-teori-kepribadian-sehat.
-) Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum.
Jakarta:Rajawali Pers.
-) Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah
Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma.
-) Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah
psikologi umum 2. Depok: Universitas Gunadarma.