Jumat, 06 Juni 2014

Hubungan Interpersonal & Cinta dan Perkawinan




      I.            Hubungan Interpersonal

 
1.     Model-model hubungan interpersonal
Menurut Goleman dan Hammen dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model dalam hubungan interpersonal, yaitu :
a)     Model pertukaran sosial (social exchange model)
Pada model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Keley menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan yang ditinjau dari segi ganjaran dan biayanya. Terdapat empat konsep pokok pada model ini yaitu adanya ganjaran yang menjadi setiap akibat dan dinilai positif, adanya biaya, biaya ini merupakan akibat yang dinilai negative dalam hubungan. Selanjutnya ada hasil atau laba dan yang terakhir ada tingkat perbandingan.
b)    Model peranan (role model)
Model ini menganggap bahwa suatu hubungan merupakan sebuah panggung sandiwara dimana setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat. Di dalam model peran ini juga terdapat empat model pokok yang berguna untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik yaitu adanya ekspetasi peranan, tuntutan peranan, keterampilan peran, dan konflik peran.
c)     Model permainan
Model ini dikemukakan oleh seorang psikiater yaitu Erie Berne (1964, 1972). Dalam model ini, orang-orang akan berhubungan di dalam berbagai macam permainan. Yang mendasari permainan ini adalah tiga kepribadian manusia yaitu orang tua, orang dewasa, dan anak-anak.
d)    Model interaksional (interactional model)
Model ini berpendapat bahwa hubungan interpersonal tergabung dalam suatu system. Setiap system memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Di setiap system ini pun memliki subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak sebagai satu kesatuan.

2.     Memulai Hubungan
 

Menurut Baron&Byrne (2006) interpersonal attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian tersebut dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, mulai dari strong liking sampai dengan strong dislike. Dimensi yang dimaksud memuat lima tingkat dimensi yaitu strong liking biasanya ini berada di lingkungan pertemanan, mild liking ini timbul pada lingkungan persahabatan, neutral terjadi pada kelompok teman biasa atau hanya saling menyapa dan saling mengenal satu sama lain, mild dislike ini tipe seseorang penggangu atau annoying acquaintance, dan strong dislike ini timbul pada seseorang yang tidak menginginkan orang lain hadir ini biasanya terjadi ketika kita tidak menyukai orang tersebut atau bermusuhan dengan orang tersebut.
Dalam melakukan hubungan interpersonal, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penilaian atau ketertarikan interpersonal (interpersonal attraction), yaitu:
a.     Faktor internal
Meliputi dua hal yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dan adanya pengaruh perasaan. Kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan dimana seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan dengan tujuan untuk berusaha mencapai kepuasan terhadap kebutuhan ini dan agar disukai dan diterima oleh orang lain. Sedangkan pengaruh perasaan adalah ketika kita bertemu seseorang dalam keadaan yang baik dan membuat perasaannya akan semakin positif akan menimbulkan interaksi yang berjalan lancar. Sebaliknya, apabila kita membawa dampak negative terhadap perasaannya maka orang tersebut akan susah untuk berinteraksi dengan kita.
b.     Faktor eksternal
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal yaitu faktor kedekatan dan daya tarik fisik. Yang dimaksud dengan faktor kedekatan adalah kita cenderung menyukai orang yang memiliki wajah yang biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal. Sedangkan untuk daya tarik fisik, biasanya orang akan lebih memilih berinteraksi dengan orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang tidak menarik hal ini disebabkan karena orang yang menarik memiliki karakteristik yang lebih positif.
c.      Faktor interaksi
Persamaan-perbedaan merupakan faktor yang dipertimbangkan di dalam faktor interaksi, karena memiliki persamaan dan perbedaan pada seseorang akan menimbulkan adanya hubungan yang erat dan kuat, dan memiliki perbedaan pada orang itupun akan membuat kita untuk belajar hal-hal yang baru dan bernilai darinya. Faktor lainnya adalah reciprocal liking, secara umum kita akan memberikan kembali perasaan yang diberikan orang lain kepada kita. Maksudnya adalah apabila seseorang menyukai kita maka kita akan menyukai orang tersebut, atau sebaliknya jika kita tidak menyukai orang lain, maka orang lain itu tidak akan menyukai kita. Ketika kita disukai oleh orang lain, akan meningkatkan self esteem harga diri) dan membuat kita merasa lebih bernilai.

3.     Hubungan Peran
  • Model Peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.
  • Konflik
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut

  • Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
4.     Intimasi dan Hubungan Pribadi
Intimasi atau ketertarikan adalah suatu fenomena yang dialami dan dirasakan oleh setiap individu di dalam kehidupannya, terkadang ketertarikan itu berawal dari sebuah proses interaksi antara satu individu dengan individu lainnya. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu :
a. Ketertarikan berasal dari sesuatu yang nampak atau yang berupa fisik dari lawan jenis kita
b. Adanya kedekatan antar personal yang akan membuat seseorang merasa tertarik dengan lawannya
c. Terjadi hubungan yang menghasilkan keuntungan bagi seseorang tersebut
d. Adanya sebuah kesamaan dan pelengkap atau sesuatu yang akan menjadi kodrat manusia di dalam dunia ini.

5.     Intimasi dan pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Factor-factor yang menumbuhkan hubungan interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan.factor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain.Kejujuran, factor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pulahypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Teori peluru yang dikemukakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut pada tahun 1970-an dan meminta kepada para pendukungnya yang menganggap teori ini tidak ada. Sebab khalayak yang menjadi sasaran media ini ternyata tidak pasif.
Kemudian muncul teori model atau model efek terbatas, Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan efectif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku. Penelitian Cooper dan Jahoda pun menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas sebuah pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati dan banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola S – R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.

II. Cinta dan Perkawinan
 

1.     Memilih Pasangan
Pendekatan  evolusioner ini  merupakan  konsep biologis yang  diterapkan  untuk perilaku sosial oleh para ahli psikologi.  Evolutionary Psychology  didefinisikan sebagai usaha untuk menjelaskan perilaku sosial dalam konteks faktor genetik yang berevolusi sepanjang  waktu  sesuai  dengan  prinsip  seleksi  alami.  Evolutionary  psychology berpandangan  bahwa  manusia  berevolusi  untuk  memaksimalkan  kesuksesan reproduksi, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki agenda yang berbeda atas peran yang berbeda dalam menghasilkan keturunan.

2.     Hubungan dalam Perkawinan
Fase bulan madu. Fase ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung memiliki perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu membicarakan berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya. Pasangan menikah saling memahami dan menghargai pandangan masing-masing. Pada fase inilah pasangan merasakan jatuh cinta yang mendalam, sehingga sikap mereka pun cenderung lebih toleran, fleksibel, terhadap pasangannya. Pasangan menjadi prioritasnya. Sehingga anggapan bahwa cinta mengalahkan segalanya, berlaku pada fase ini. Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus menjadi solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
        Fase penyesuaian. Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.
Fase kekosongan. Fase ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa, bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya.

3.     Penyesuaian&pertumbuhan dalam perkawinan
Fase penyesuaian. Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.

4.     Perceraian dan pernikahan kembali
 

Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan.

5.     Alternatif selain pernikahan
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
     Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
      Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.

     
    
Sumber :




NAMA: Natalia Shintia
KELAS: 2PA12
NPM: 15512251